Rencana yang sudah jauh-jauh hari aku arrange, akhirnya tiba juga waktunya. Horeee! Traveling lagi!
Kamis, 8 Februari 2018 ransel besar ini ku angkat ke atas bahuku. Perjalanan akan segera dimulai. Siang itu aku berangkat dari Bandung ke Jakarta menggunakan jasa Bus Primajasa jurusan Garut – Jakarta. Setelah bus ini sekian lama mengetem di Terimanal Bayangan Cileunyi, akhirnya bus melaju juga. Kondektur bus pun mulai menariki biaya tiket. Hanya 40 ribu saja untuk bisa sampai ke Jakarta menggunakan bus ini. Berjam-jam lamanya berada diatas bus yang melewati panjangnya jalan Toll, aku nikmati.
Setelah pegal terlalu lama duduk selama 3 jam, akhirnya bus sampai di Pool Primajasa Cililitan. Selanjutnya aku memesan Go-Jek untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah hotel di daerah Sawah Besar, ke kamar yang sudah aku pesan. Selanjutnya aku check-in dan beristirahat untuk esok hari.
Jum’at pagi, 9 Februari 2018 aku bangun. Ternyata partnerku sudah berada di depan kamar membawakan Bubur Ayam untuk sarapan kami. Setelah sarapan, aku bersiap-siap karena punya janji dengan temanku yang lainnya. Pagi itu, partnerku kembali ke kantornya untuk bekerja dan aku tinggalah sendiri disini hehehe. Setelah selesai prepare dan re-packing, aku check-out sekitar jam 11 siang. Lalu aku kembali memesan Go-Jek dengan tujuan ke St. Sawah Besar. Ternyata temanku sudah jalan dari jam 8. Karena posisiku dekat dengan Kota Tua, ya aku nyantai aja lah hehe.
Setelahnya kami bertemu di Stasiun Jakartakota, dan kami langsung menuju Kota Tua untuk hunting foto disana
*Suasana sepinya sekitar Taman Fatahilah Kota tua
Ternyata hari itu sepi banget! Akhirnya setelah sekian kali datang kesini, aku mendapatkan foto ‘sebersih’ ini.
*Teman-temanku diantara burung-burung
*My beloved backpack
Setelah puas berfoto di sekitar sini, kami mencoba menaiki Bus Tour bertingkat yang gratis milik Trans Jakarta.
*Lantai 2 Bus Trans Jakarta yang gratis
Kami menaiki bus ini dengan tujuan untuk sampai ke Monumen Nasional atau Monas. Namun kami harus transit terlebih dahulu untuk bisa sampai ke sebuah gerbang Monas. Sayangnya ketika kami turun, hujan deras pun ikut turun. Akhirnya kami tidak jadi ke monas hehe… Lalu dengan segera kami masuk lagi ke bus lain. Bus tersebut membawa kami kembali ke St. Jakartakota. Waktu itu jam sudah menunjukan pukul 5 sore, artinya kami harus segera pulang. Kami menaiki Commuter Line jurusan Jakartakota-Bogor. Temanku turun di St. Bogor, sedangkan aku turun di St. Depok Lama. Di stasiun aku dijemput oleh partnerku untuk pulang ke daerah Cinere.
Alarm menggaduhkan pagi itu, 3 Handphone sekaligus menyala di waktu yang bersamaan. Pagi itu, Sabtu, 10 Februari 2018 pukul 4.30 kami bersiap-siap untuk berangkat ke St. Depok Lama. Kami order Go-Car untuk sampai kesana. Tap card untuk masuk ke stasiun pun kami gunakan. Sekitar 10 menit kami menunggu kereta, akhirnya tiba.
Fajar mulai menyingsingkan cahayanya di langit Timur. Kereta kami hampir sampai di St. Jakartakota, dengan 8 ribu saja. Lamanya perjalanan membuat kami mengantuk. Perut mulai terasa perih, karena kami tidak sempat sarapan. Kurang lebih 1 jam perjalanan untuk sampai ke St. Jakartakota, akhirnya sampai. Kamipun keluar dari stasiun dan mencari pengganjal perut, kami membeli gorengan di depan stasiun dengan harga 2ribu rupiah perbuahnya.
Selanjutnya kami order 2 Go-Ride dengan tujuan Dermaga Kaliadem. Lalu kami sampai di Dermaga Kaliadem ini. Kami langsung menuju loket penjualan tket. Namun sayangnya ketika kami sampai sana (waktu itu sekitar jam 7 pagi), loket belum buka. Loket akan buka pukul 9 pagi kalau tidak salah.
*Loket penjualan tiket kapal
Harga tiket normal Kapal Kayu Kaliadem – Pulau Tidung yaitu Rp. 50.000, memiliki estimasi waktu perjalanan selama 3 jam.
*Kapal kayu yang akan mengangkut penumpang ke pulau tujuan
Kapal ini mungkin bisa mengangkut lebih dari 200 orang. Banyak banget pokoknya.
Sayangnya pagi itu loket penjualan tiket masih tutup. Katanya akan buka pukul 9 pagi. Sedangkan pukul 7 pagi kami sudah disana. Ceritanyanya sih kita nungguin sambil duduk. Tak sengaja mata melirik ke sebuah meja yang terpasang di sisi ruangan berikut mbak-mbak penjualnya, iseng-iseng aku bertanya kepada mbak-mbak tersebut. “Sea Leader Marine”, terpampang tulisan tersebut. Ternyata, vendor ini baru saja akan beroperasi hari itu. Setelah bertanya-tanya sama mbak ini, akhirnya kami membeli tiket dari penyedia jasa tersebut. Dan beruntung banget waktu itu kita ditawari harga yang murah dengan fasilitas nyaman. Kami mendapatkan harga promo yang harganya Rp. 65.000 / orang untuk sekali jalan. Jadi jika dihitung PP yaitu Rp. 130.000 / orang. Kapal yang kami tumpangi adalah Tipe Luxury Yacht (yang ditulis di banner sih begitu), memang itu adalah kapal cepat yang memiliki estimasi waku perjalanan hanya 1 jam saja (bukan lagu ya wkwk). Sebenernya harga asli yang disediakan oleh Sea Leader Marine jika tidak pada waktu promo yaitu sebesar Rp. 100.000 untuk sekali jalan. Mahal memang kalau untuk harga asli, tapi kan perjalanannya cepet. Akhirnya kami membeli tiket Kapal Dermaga Kaliadem – Pulai Tidung.
*Meja loket Sea Leader Marine
Setelah membeli tiket, kami menunggu pemberangkatan di ruang tunggu yang disediakan oleh Dermaga Kaliadem ini.
*Ruang Tunggu Dermaga Kaliadem
Satu jam lamanya duduk di ruang tunggu, akhirnya kami dipanggil untuk pemberangkatan. Yeaay! Kami berjalan ke dermaga. Kapal yang akan kami tumpangi yaitu kapal Predator 2. OTW!!!
Lalu kami menemukan kapal yang akan kami naiki. Kami memilih duduk di bagian atas agar bisa melihat laut secara jelas dan merasakan angin yang menyentuh wajah.
Penumpang dari kapal ini tidak lebih dari 110 orang. Tidak berdesakan, penumpang duduk sesuai kursi yang disediakan.
Sayangnya pagi itu loket penjualan tiket masih tutup. Katanya akan buka pukul 9 pagi. Sedangkan pukul 7 pagi kami sudah disana. Ceritanyanya sih kita nungguin sambil duduk. Tak sengaja mata melirik ke sebuah meja yang terpasang di sisi ruangan berikut mbak-mbak penjualnya, iseng-iseng aku bertanya kepada mbak-mbak tersebut. “Sea Leader Marine”, terpampang tulisan tersebut. Ternyata, vendor ini baru saja akan beroperasi hari itu. Setelah bertanya-tanya sama mbak ini, akhirnya kami membeli tiket dari penyedia jasa tersebut. Dan beruntung banget waktu itu kita ditawari harga yang murah dengan fasilitas nyaman. Kami mendapatkan harga promo yang harganya Rp. 65.000 / orang untuk sekali jalan. Jadi jika dihitung PP yaitu Rp. 130.000 / orang. Kapal yang kami tumpangi adalah Tipe Luxury Yacht (yang ditulis di banner sih begitu), memang itu adalah kapal cepat yang memiliki estimasi waku perjalanan hanya 1 jam saja (bukan lagu ya wkwk). Sebenernya harga asli yang disediakan oleh Sea Leader Marine jika tidak pada waktu promo yaitu sebesar Rp. 100.000 untuk sekali jalan. Mahal memang kalau untuk harga asli, tapi kan perjalanannya cepet. Akhirnya kami membeli tiket Kapal Dermaga Kaliadem – Pulai Tidung.
*Meja loket Sea Leader Marine
Setelah membeli tiket, kami menunggu pemberangkatan di ruang tunggu yang disediakan oleh Dermaga Kaliadem ini.
*Ruang Tunggu Dermaga Kaliadem
Satu jam lamanya duduk di ruang tunggu, akhirnya kami dipanggil untuk pemberangkatan. Yeaay! Kami berjalan ke dermaga. Kapal yang akan kami tumpangi yaitu kapal Predator 2. OTW!!!
Lalu kami menemukan kapal yang akan kami naiki. Kami memilih duduk di bagian atas agar bisa melihat laut secara jelas dan merasakan angin yang menyentuh wajah.
Penumpang dari kapal ini tidak lebih dari 110 orang. Tidak berdesakan, penumpang duduk sesuai kursi yang disediakan.
*Kondisi di dalam Kapal Predator 2 milik Sea Leader Marine
Btw panas banget deh. Usahakan mengenakan baju lengan panjang biar ngga item ya!
Setelah menunggu diatas kapal, akhirnya kapal pun melaju dengan kecepatan tinggi.
Birunya laut membuat mataku segar, indah sekali. Kami melewati beberapa pulau seperti pulau Untungjawa, Pulau Bidadari, Pulau Kahyangan dan lain-lain. Lima belas menit perjalanan dan godaan angin yang menerpa wajah, rasanya membuat kami mengantuk. Seketika kami tak sadarkan diri 😪.
Setelah kira-kira 30 menit kami terlelap, kapalpun berlabuh. Lah kok cepet? Kami sudah membuka life jacket kami. "Pulau Pari", samar-samar mataku melihat. Etdah, kirain udah sampe, eh taunya belum 😆 Ternyata kapal ini singgah dahulu di Pulau Pari. Mereka mengantarkan dahulu penumpang yang bertujuan ke Pulau Pari. Setelah passanger yang bertujuan ke Pulau Pari semua turun, kapal pun bergerak mundur dan kembali melanjutkan perjalanan ke Pulau Tidung.
Sepuluh menit berlalu. Dari jauh, terlihat pulau berjejeran. Itulah tujuan kita, Pulau Tidung 😁 Tak lama, kami pun sampai dan turun ke pulau ini. Yihaaaa, we arrived! Tapi panas banget!
Kami pun mencari warung untuk ngopi dan sekedar menyegarkan mata. Selanjutnya kami mulai berjalan diantara pemukiman warga. Ternyata pulau ini padat penduduknya.
*Peta Lokasi Pulau Tidung
Selesai ngopi, kami pun mulai berjalan ke arah timur. "Mas Mbak, mencari homestay? Mari saya antar", seorang bapak-bapak menghampiri kami. Maka kami pun mengobrol sembari berjalan menuju homestay yang bapak tersebut tawarkan. Tak jauh, hanya sekitar 100 meter dari dermaga, kami sampai. Lalu partnerku mengobrol dengan ownernya tersebut.
*Homestay yang kami tempati
Aku lupa lagi dengan nama homestaynya, namun homestay ini menawarkan harga Rp. 250.000 permalamnya. Kamar disini cukup luas (fotonya hilang huhu), karena memiliki 4 buah kasur. Ada TV LED dan AC yang siap menyejukan ruangan. Kamar mandi memiliki shower, juga memiliki westafel. Setelah check-in, kami pun menyimpan barang-barang kami dan beristirahat. Kami sampai disana sekitar pukul 10.30 pagi.
Di siang itu, cuaca sangatlah panas. Waktu menunjukan pukul 11.00 WIB, setelah rehat sejenak kamipun nekat panas-panasan untuk foto-foto. Namun, kami ngga mungkin jalan kaki. Dari awal kami lihat banyak yang pake sepeda. Akhirnya kami menyewa 2 buah sepeda yang warna warni ini. Kami menggowes pedal sepeda masing-masing. Jauh juga nih jalannya. FYI, Pulau Tidung tuh bentuknya memanjang. Maka jangan heran, penduduk disini menggunakan sepeda dan motor untuk kebutuhan sehari-harinya. Kamipun memparkirkan sepeda kami, lalu mulai berjalan menuju tempat wisata utama pulau ini.
Kaki kembali melangkah, keringat tak luput mengucur diseluruh lekuk badanku (baca: kelebihan hormon keringetan wkwk). Tadaaa! Kami menemukan pantai dengan pasir putih yang lembut di sisi kanan jalan. Sebetulnya, aku sengaja mencari air untuk membersihkan Sport Camera yang terkena tembelek (kotoran ayam) 😅
*Salah satu sisi dari Pantai di Pulau Tidung
Kamipun sampai di pintu masuk wisata
*Pintu masuk Jembatan Cinta
Kamipun mulai menjelajahi tiap sisi tempat ini. Dan dibawah ini adalah beberapa foto ke-eksotisan Pulau Tidung.
*Area pantai yang dijadikan tempat banana boat dan permainan air lainnya
*Salah satu shelter yang ada di sepanjang jembatan cinta menuju Pulau Tidung Kecil
*Pintu masuk Pulau Tidung Kecil
*Jembatan Cinta Pulau Tidung dari kejauhan
Setelah puas berfoto dan menjelajahi sebagian pulau ini, kamipun pulang. Namun kami melipir sebentar ke sebuah warung nasi yang ada di sisi jalan. Kami makan nasi dan ati ampela + sayur dan 2 gelas es teh manis dengan total 26 ribu rupiah. Akhirnya nemu air dingin. Godness, mantap banget. Setelah selesai makan, kami pun mengayuh sepeda kami untuk kembali ke homestay. Sesampainya di homestay, aku kaget sekali. Astaga naga kobra abrakadabra! Ternyata tadi ketika jalan-jalan itu, kami menghitamkeun kulit 😐 Padahal cuma terjemur sejambatau dua jam saja kira-kira. Namun kulit kami gosong dibuatnya, hadeuh udah kayak tuyul aja 😂 Kami pun istirahat.
Tiga jam berlalu sudah. Nampaknya langit mulai meneduh. Kami pun menyiapkan kamera yang sudah full baterainya setelah sekian lama di charge. Kami keluar dari homestay, rencananya memang akan berjalan-jalan dan berburu sunset di barat Pulau Tidung.
Kembali kami mengayuh sepeda, lalu terlihat sebuah etalase dipajang. Kayaknya enak juga, terlihat bertusuk-tusuk ikan olahan seperti fish dumpling dan sebagainy, juga ada baso. Tapi sayangnya lagi ngga pengen baso hehe. Akhirnya aku pesen 5 tusuk makanan seafood olahan tersebut. Pertusuknya dihargai 5 ribu rupiah. Digoreng dan diberi saus sambal juga mayonnaise menambah rasa mantap makanan ini kelihatannya.
Setelah pesanan selesai dibungkus, kami kembali mengayuh sepeda untuk lebih ke barat pulau. Setelah sekian ratus kali pedal sepeda ini dikayuh, akhirnya kami sampai di sebuah tempat. Sebenernya bukan itu sih tempatnya. Namun kami rasa tempat itu cukup pas untuk membidik sang senja.
Terlihat binar oranye senja mengguratkan cahayanya di cakrawala. Senja sudah mulai memamerkan eloknya pada bumi. Sejuk hawanya sore itu, tak lupa kami bersyukur atas karya-Nya yang indah ini. Kami takjub. Senja memang selalu memikat 🌅 Jelas kami mengabadikan moment pada sore yang cantik tersebut!
Cantik bukan? Itu bener-bener cantik kataku! Namun hari semakin gelap. Kami harus kembali ke tengah pulau ini. Kembali kami mengayuh pedal sepeda kami, lalu kami mencari makan malam. Jalanan yang panjang nan sempit ini kami susuri, hingga akhirnya kami menemukan sebuah rumah makan, mereka menghidangkan aneka seafood. Kamipun memesan Udang Saus Mentega dan Cumi Saus Tiram.
Yummy! Makanan pun sudah dihidangkan oleh pelayan. Dengan lahap kami memakan makan malam kami. Laper banget setelah mengayuh-ngayuh sepeda seharian. Setelah makan malam selesai, bukannya kembali ke homestay namun kami malah menjalankan kembali sepeda ke Jembatan Cinta hehehe. Sesampainya disana, kami memarkirkan sepeda dan menikmati suasana malam di tengah jembatan cinta. Cekrek cekrek dulu dong sebelum turun dari sepeda hahaha 😁
*Jembatan Cinta malam hari yang disoroti lampu warna-warni
Malam kian dingin, hembusan angin makin kencang. Suasana disini hening sekali, hanya deburan ombak yang menabrak beton-beton pondasi yang ikut menyemarakkan malam itu. Sepi banget. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke homestay setelah puas berfoto dan perut yang kenyang. Sesampainya di homestay, kami pun istirahat dan tidur untuk bersiap esok hari menyambut sunrise ala Pulau Tidung.
Minggu, 11 Februari 2018 Pukul 05.00 WIB, kami bangun dan terkejut. Ya ampun kesiangan hahaha. Cuci muka, menyiapkan kamera dan kami langsung membelokan setir sepeda kami menuju Jembatan Cinta (lagi). Kami sampai ketika matahari masih di ambang awan. Kok ngga muncul-muncul? Rupanya kondisi saat itu awannya mendung 😓 Jadi, sunrise pagi itu tidak kuning ataupun oranye.(*)
Kondisinya gelap. Mendung, tapi ngga hujan sih. Tapi ngga apa-apa, dengan kami bisa pergi kesini pun kami sudah bersyukur hehehe. Hari makin terang, kami pun mengabadikan foto disini.
Hari makin terang, lalu kaki mulai melangkah masuk lebih dalam ke Pulau Tidung Kecil. Ternyata di pulai ini banyak sekali yang berkemah. Wah lebih murah aku pikir hehehehe. Disana ada penangkaran penyu-penyu lucu hehe.
*Welcome to Tidung Kecil!
*Entah dermaga untuk apa hehehe
Setelah mengelilingi pulau ini, kami pun kembali ke pulau tidung besar. Kami berjalan dengan hah-heh-hoh karena capek wwkwkwk.
Sesampainya di Jembatan Cinta, aku lihat ada yang sedang melompat dari atas jembatan ke air! Wah, jadi pengen nyobain!
Awalnya aku takut buat nyobain nyebur kesana. Tapi aku harus nyobain segernya air disini hehe. Akupun minta ditemenin lompat bareng sama mas-mas itu. Jujur setengah hati mau loncat, takut juga karena air lagi pasang. Aku nekat loncat hahaha
Byurrrr! Aku loncat wkwk. Bener-bener first time kayak begitu xixixi. Tapi gilaaa!!! Airnya deres banget arusnya! Sumpah deres banget sampe hampir kebawa sama arus. Untung ada mas-mas itu dan narik aku ke sisi jembatan. Hadeuh, aku hampir tenggelem wkwk. Jangan nekat yaaa. Kalo lagi pasang, jangan berani-berani lakukan hal diatas. Disana lagi banyak orang dan ngeliatin aku loncat. Malu banget dah wkwk. Ngerasa kayak ikan paus nyebur ke laut 😆
Bajuku basah kuyup (yaiyalah). Kami pun langsung mengambil sepeda kami dan segera kembali ke homestay. Akupun mandi dan segera bersiap-siap packing sebelum mengakhiri trip tersebut. Kami pun sudah siap untuk pulang. Selanjutnya check-out dan mencari warung nasi, kami belum sarapan soalnya.
Selesainya santap sarapan, kami pun pergi ke pelabuhan utama untuk menunggu pemberangkatan pulang kapal. Kami kan pesan tiket PP. Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Tiba saatnya kami pulang, satu persatu kondektur kapal memanggil nama kami.
Kapal pun melaju dengan kecepatan tinggi. Setelah 1 jam lamanya perjalanan, kapal pun berlabuh kembali di Dermaga Kaliadem.
Perjalanan kali ini pun dicukupkan. Lelah namun membahagiakan. See you on the next trip!
*) Lihat cuplikan dokumenter di https://www.instagram.com/p/BjsONDFgluj/?utm_source=ig_web_copy_link