Explore Istimewanya Yogyakarta, 26-29 Juli 2018 sekaligus Ulang Tahun di kota orang hehe
Rutinitas kuliahku yang begitu-gitu aja membuat jenuh. Sehingga akhirnya saya dan partner (eveything) memutuskan untuk traveling bersama. Kami berbeda kota, tetapi sudah sama-sama me-arrange jadwal bersama. Inilah caraku untuk melepas penat hehe.
26 Juli 2018 Subuh, saya order gojek untuk ke stasiun Kiaracondong, btw saya berdomisili Bandung.
I'm a Backpacker!
Gejes ... Gejes ... Gejes ...
Kereta Senja judulnya. Pemberangkatan kereta Pasundan pukul 5.35 subuh dari St. Kiaracondong dengan tujuan akhir St. Surabaya Gubeng. Tapi kan saya berhenti di St. Lempuyangan Yogyakarta hehe. Harga tiket dari St. Kircon ke St. Lempuyangan yaitu 94rb (kelas ekonomi) dengan prakiraan sampai ke St. Lempuyangan pukul 14.25 sore. Singkat cerita saya sampai di Yogyakarta. Selanjutnya order gojek untuk menuju ke hotel RedDoorz near Stadion Mandala Krida, kamar yang disediakan oleh RedDoorz ini sangat direkomendasikan bagi traveler dan backpacker dengan harga yang murah. disana saya beristirahat untuk esok hari dan merajut mimpi (bobo manjah).
27 Juli 2018 Pagi, kami menyewa motor Vario 110 di depan St. Lempuyangan untuk 3 hari lamanya seharga 160rb totalnya. Kami sarapan dulu disana, lalu greng greng greng otw ke Teras Kaca Pantai Nguluran untuk hunting foto disana. Perjalanan yang panjang dengan medan yang berkelok-kelok membuat jantung kadang berdebar hehe.
Finally setelah perjalanan selama 1 jam 15 menit (44 kilometer dari pusat kota Jogja), kita sampai di Teras Kaca Pantai Nguluran. Sesampainya disana, kita memarkirkan motor dan membayar parkir sebesar 3rb. Lalu masuk ke area wisata, perorang dikenakan biaya 5rb rupiah.Selanjutnya untuk berfoto di beberapa lokasi, berfoto di Teras Kaca harus membayar 20 ribu perorang dengan durasi maksimal berfoto selama 2 menit. Indah namun menegangkan jika mata kita tak sengaja melihat ke bawah kaki kita xixixi
Finally setelah perjalanan selama 1 jam 15 menit (44 kilometer dari pusat kota Jogja), kita sampai di Teras Kaca Pantai Nguluran. Sesampainya disana, kita memarkirkan motor dan membayar parkir sebesar 3rb. Lalu masuk ke area wisata, perorang dikenakan biaya 5rb rupiah.Selanjutnya untuk berfoto di beberapa lokasi, berfoto di Teras Kaca harus membayar 20 ribu perorang dengan durasi maksimal berfoto selama 2 menit. Indah namun menegangkan jika mata kita tak sengaja melihat ke bawah kaki kita xixixi
Selanjutnya membeli tiket berfoto di "Huge Chair" dengan harga 15ribu/orang dengan durasi berfoto 3 menit. Masih di area wisata Pantai Nguluran juga, namun kita harus berjalan lebih tinggi sedikit untuk bisa ke Huge Chair ini.
Lalu setelahnya kami menikmati alam disini, dan berfoto secara cuma-cuma sembari menyiapkan tenaga untuk lanjut cusss.
Setelah puas berfoto ria di Pantai Nguluran ini, kami melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Ngobaran. Perjalanan pun cukup melelahkan, karena kita harus menempuh perjalanan kurang lebih 43 menit atau dengan jarak 26 kilometer. Sesampainya di Pantai Ngobaran, kami istirahat sejenak dan memesan Kelapa Muda yang segar untuk sekedar menghilangkan dahaga. Harga perbuah yaitu 10 ribu saja. Setelah sisa-sisa regukan kelapa muda habis, kami mulai berfoto ria. Pemandangan Pantai Ngobaran membuat saya takjub, karena viewnya kayak lagi dimanaaaa gitu. Mirip Bali exactly, walaupun saya belum pernah ke Bali hahaha. Di Pantai Ngobaran ini, terdapat beberapa Pura. Ini membuat ke-eksotisan Pantai ini menjadi lebih menarik.
Berfoto, mengendarai motor dan ngobrol sepanjang jalan ternyata membuat perut kami keroncongan. Lalu kami memesan Udang Saus Asam Pedas dan Sayur Kangkung + 2 porsi nasi. Lahap sekali kami makan karena memang laper banget xixixi. Totalnya 60rb sudah termasuk kelapa yang tadi.
Waktu menunjukan pukul 13.00, lalu kami melanjutkan kembali perjalanan ke Puncak Batara Sriten yang berlokasi di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Kalo bisa dibilang, menempuh dari Pantai Ngobaran ke Puncak Batara Sriten ini artinya dari ujung ke ujung. Hiks, jauh banget pokoknya. Kembali kita harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, yaitu sejauh 48 kilometer atau dengan waktu 1 jam 22 menit. Hutan-hutan kampung dilalui, jalanan berkelok (lagi) dijabani, menanjak-menurun jalannya sampe ngocok-ngocok perut, kami jalanin juga.
Wow!!! Ternyata akses menuju ke Puncak Batara Sriten ini sangat ekstrim. Menanjak curam, juga jalanan yang jelek menjadi tantangan bagi kami. Mantap djiwa pokoknya hehe. Oh ya, kalau mau kesini, pastikan kendaraan yang akan digunakan dengan kondisi prima. Juga remnya yang harus baik, karena seriously, trek nya ekstrim banget. Sebenernya lebih direkomendasikan motor manual ya.
Akhirnya kami sampai di lokasi ini dengan kondisi badan pegal-pegal. But we worth it, karena apa yang disuguhkan oleh Puncak Batara Sriten ini bener-bener membuat mataku jernih dan segar kembali setelah perjalan yang jauh, melelahkan dan membuat ngantuk. Amazing Place!!!
Oh ya, Puncak Batara Sriten / Embung Batara Sriten ini adalah titik tertinggi dari Kabupaten Gunungkidul. Yang menjadi acuan kami mengunjungi tempat ini, karena Batara Sriten belum banyak orang tau. Pokoknya, tempat ini keren banget!
Untuk tiket masuk kesini, 2 orang dan 1 motor hanya perlu membayar 10 ribu saja. WHAT A CHEAP ENTRANCE COST UNTUK TEMPAT SEKEREN INI!!!
Hal pertama yang akan kita lihat di lokasi ini adalah danau buatannya. Embung Batara Sriten.
Embung Batara Sriten dari Lokasi Parkir
Eh, ini bukan puncaknya. Kita harus jalan kaki dahulu sekitar 5 menit untuk sampai ke puncak. Sembari berjalan, tak luput kepala menengok ke belakang. Sekali lagi, ini keren banget! Kita bisa melihat danau dari atas dan juga pemandangan wonosari. Lumayan sih cape wkwkwk.
Pemandangan Embung Batara Sriten dari titik yang cukup tinggi.
Kami lanjut berjalan menuju puncak. And wow! Kita sampai diatas! Ini sih bener-bener keren. Semua sisi dari Gunungkidul terlihat, juga pemandangan Kota Klaten dan sekitarnya. Bahkan, pucuk Gunung Merapi dan Merbabu yang ada di Magelang sana terlihat, namun sebagiannya terlihat sedang diselimuti awan. Angin yang sepoi-sepoi membelai wajah membuat semakin takjub merasakan kuasa Tuhan.
Pemandangan Kabupaten Gunungkidul
Pemandangan kota Klaten
*Tugu batu Puncak Batara Sriten
*Menikmati indahnya pemandangan, tanpa tripod
*Patok / penanda keterangan ketinggian
Kami menghabiskan waktu disini hingga petang menjelang, menunggu eloknya sang mentari senja yang hendak kembali pulang pada malam.
*Pucuk gunung Merapi dan Merbabu terlihat dari Puncak Batara Sriten
Langit pun meredup, bulan dan bintang mulai bertaburan di langit gelap. Tandanya kami harus bergegas pulang karena jalan yang akan dilalui adalah curam menurun juga gelap tanpa ada lampu jalan. Perlahan kami menuruni jalanan yang butut itu. setelah 30 menit di jalanan yang rusak dan gelap, syukurlah kami menemukan perumahan warga, sampai sudah di jalan utama. Namun, kemanakah tujuan selanjutnya?
Kami menyusuri jalan panjang, hingga kami memutuskan untuk melanjutkan ke daerah yang berderetan rumah makan. Puncak Bintang. Disana kami memesan beberapa kudapan dan minuman khas yang bernama Wedang Uwuh. Aneh sekali rasanya, tapi bisa menghangatkan perut karena wedang ini terbuat dari sampah rempah-rempah (uwuh dalam bahasa jawa artinya sampah) seperti jahe, daun-daun apalah entah. Pokoknya rempah-rempah deh. Warnanya merah, dan juga berisi uwuh-uwuh tersebut. And what a fabulous night, ternyata pemandangan disini indah. Kalo Bandung punya Punclut Ciumbuleuit, Jogja punya Puncak Bintang ini. Dan aku mengabadikan beberapa foto disini.
*Pemandangan kota jogja dari selasar salah satu rumah makan di Puncak Bintang.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan selama seharian, kami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk beristirahat. Motor pun dipacu dengan kecepatan yang cepat, karena hendak segera membersihkan diri dan beristirahat. Kami sampai di hotel sekitar pukul 20.00 malam. Sehabis membersihkan badan dan istirahat sejenak, kok kami mulai merasa bosan, akhirnya pukul 22.30 malam kami berangkat lagi dari hotel menuju jalan Mangkubumi. Itu seberangnya Malioboro. Disana kami menyantap kudapan lezat dari Pos Ketan Legenda, kami memesan Ketan Durian dan Susu Jahe. Mantap sekali, juga perut yang hangat. Sampai-sampai kami bersendawa berkali-kali hahaha
Selesainya dari menyantap kudapan tadi, kami 'nomaden' lagi menuju Tugu Yogyakarta. Disana kami menikmati malam dan mengambil beberapa foto "Light Trail".
Tak terasa jam menunjukkan pukul 00.00. Happy Birthday to me ^_^
Yap, 28 Juli aku ulang tahun hehehe. Setelah setengah jam bercakap diantara lampu kota dan bisingnya kendaraan, kami pun pulang kembali ke hotel dan tidur. Sungguh hari yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan.
Kring... Kring... Alarm berbunyi kebelasan kalinya tapi kami tidak bangun hahaha
Ternyata sudah jam 8 pagi. Kami bangun sangat siang, ya namanya juga cape habis sekian jam kesana kemari. Lalu kami bersiap-siap, hari ini 28 Juli pagi kami pergi ke beberapa wisata kuliner.
Pukul 9 pagi, kami menyalakan mesin motor, kami pergi ke Jalan Prawirotaman. Il Tempo del Gelato, sebuah kedai Gelato (semacam es krim) yang rasanya enak dan menyegarkan. Kami memesan 2 cone gelato. Dengan harga 25rb/porsi, kita bisa mendapatkan 2 varian rasa gelato dan menggunakan wadah cone.
*Coklat + Snickers dan Jahe + Kopi Moka
*Gaya vintage kedai Il Tempo del Gelato yang menjadikan 'instagramable' place
Habis sudah gelato di tangan kami, selanjutnya kami kembali ke hotel dan bersiap-siap check out.
Setelah balik ke hotel dan selesai packing, kami check out dan kami bergerak menuju condongcatur.
Sebelum sampai ke homestay, kami melipir ke salah satu kedai jajanan yang sedang viral yaitu Korean Food gitu deh. Kedai Mimilk Susu, terletak di Jalan Nusa Indah, Condongcatur. Disana kami memesan Mozarella Crispy dan Hotdog Kentang with Mozarella Topping. Hmmm... Itu bener-bener melting banget kejunya. Pengen nambah tapi makan satu aja udah kenyang hahaha. Ini juga menjadi makan siang kami.
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke homestay selanjutnya. Kami check in ke Airy Eco Condongcatur Asem Gede. Airy room juga menyediakan harga yang pas dikantong backpacker seperti saya hehe. Juga disediakan food, drink and bathroom amenities yang gratis, bahkan boleh dibawa pulang. Setelah proses check in selesai, kami istirahat sejenak.
Waktu menunjukkan pukul 15.00, artinya kami harus menancap gas lagi ke lain tempat.Where is our next destination? Candi Ratu Boko!
Ditempuh selama 30 menit menggunakan motor. Akhirnya sampai! Ternyata penuh oleh wisatawan tempatnya berhubung ini weekend. Disana kami jepret-jepret dan exploring candi-candi yang masih ada di dalam komplek Istana Ratu Boko.
*Gerbang Istana Ratu Boko
* Pendopo Istana Ratu Boko
Sayangnya, saya tidak memotret semua spot candi ini. Karena luas bangeeett.
Akhirnya sunset menjelang, pengunjung mulai pada balik kanan. Hmmm ini dia yang kami tunggu. What a beautiful view. Jogja memang istimewaaaaaa.
*Sunset dari Gerbang Istana Ratu Boko
Hari pun sudah sangat gelap, suasana sudah mulai mencekam. Lalu kami pun ikut balik kanan. Sepertinya kami pengunjung terakhir yang keluar dari Candi ini xixixi. Untung ngga diusir sama satpamnya hehe.
Kami kembali ke Jogja Kota, eh ternyata kami belok dulu ke daerah Imogiri. Motor dipacu dengan kecepatan yang tinggi. Sampailah di sebuah tempat makan yang bernama Sate Klathak Pak Bari Pasar Wonokromo. Begitu kagetnya ketika sampai, karena mobil-mobil berderatan parkir disini. Ternyata ini adalah destinasi wisata kuliner bagi wisatawan. Mungkin hanya kami satu-satunya yang menggunakan motor xixixi
*Tempat pembakaran Sate Klathak
*Sate Klathak dan kuahnya, ditusuk pakai jari-jari sepeda
Untuk 2 tusuk Sate Klathak, berharga 20 ribu rupiah.
Foto diatas itu udah digerogotin setengahnya wkwk jadi tinggal segitu lagi.
Setelah kenyang menyantap makan malam sate klathak + gulai kambing, kami langsung menuju ke deretan angkringan-angkringan malioboro.
Kami langsung menuju Angkringan Kopi Joss Lik Man. Disana kami sedikit mengunyah-ngunyah juga, sate usus dan sate ati-ampela. Lama kami menikmati malam sembari berbincang. Deru kendaraan yang berseliweran lewat, pengamen-pengamen yang 'nyeni' sampai 'mbak-mbak bohongan' ada disini menggaduhkan sepanjang angkringan malioboro. Tentu sangat cair suasananya, gelak tawa orang-orang terdengar.
Setelah berlama-lama di angkringan ini, sekitar pukul 22.00 kami balik kanan pulang ke homestay di condongcatur. Kami harus kembali packing karena keesokan harinya kami harus mengakhiri trip ini dan pulang ke kota masing-masing. Hiks... 😢
Minggu Pagi, 29 Juli pukul 05.30, kami kembali ke persewaan motor yang berada di depan St. Lempuyangan untuk mengembalikan motor yang kami pakai. Setelah mengembalikan, kami order Go-Car untuk menuju St. Tugu. Dan kami pulang ke kota masing-masing, dengan sekian kesan menarik pada trip ini. And the journey will be continue soon. See u next time hehehe
*Selama Trip ini, kami hanya mengandalkan Google Maps 😁