Sunday, January 1, 2017

Hiking ke Gunung Ciremai via Apuy dari Bandung

Ekspedisi Atap Jawa Barat, 30 Desember 2016 – 1 Januari 2017

Gunung Ciremai, dengan altitude 3078 MDPL yang terletak di beberapa perbatasan kota yaitu Cirebon, Majalengka, Kuningan. Untuk mendaki ke gunung ini ada beberapa jalur, yaitu Apuy (Majalengka), Palutungan (Kuningan), dan Linggarjati (Kuningan kali ya aduh maapin beginner) plus Linggasana yang paling baru tapi lupa lagi daerah mana (maklum gatau). Nah di postingan Hiking ke Ciremai Via Apuy ini, saya akan menjelaskan yang aku inget ya, kalo ngga inget ya mohon bersabar, ini ujian maap.
Sekalian juga nih ada beberapa tips buat mendaki ke gunung ini, biar ngga ripuh (repot) kaya saya (hehe).

1. Usahakan latian fisik dari jauh-jauh hari, jangan menyepelekan kondisi fisik ya gaes. Gunung ini bukan tempat buat camping ceria doang!
2. Pikirin, mau mendaki bener-bener apa main-main? Kalo mau main-main, mending gausah! Daripada ngerepotin TIM SAR karena kesasar?
3. Usahakan perlengkapan sekomplit dan se-safety mungkin. Apalagi sleeping bag. Gamau kan hypothermia? Udah mah si doi dingin sama kamu, ditambah dingin sama cuaca. Hadeeuuuhh, pikir-pikir lagi deh kalo mau mendaki wkwkwk
4. Logistik dan vesak jangan lupa! Karena kamu gakan makan daun kan? Inget, logistik adalah utama. Begitu kawan
5. Tanya-tanya tentang gunung yang mau kamu daki, jangan ke-polosan. Da kamu teh bukan surabi (Makanan khas Bandung hehe). Apapun itu, tanya! Cari informasi sebanyak-banyaknya. Terserah sih.
Dan kalo bisa mah nyewa atau bawa guide/orang dewasa ya yang sudah berpengalaman (kalo newbie kaya aku).
6. Bawa airnya yang banyak ya, karena dipuncak gada air. Ada sih, air belerang tapi  Sebenernya ada, tapi gimana kondisi. Contoh kalo pendakiannya lewat jalur Apuy/Palutungan, kamu bakal ketemu sama Pos VI (6) Goa Walet. Disana ada air kalo musim hujan aja (katanya). Dan gimana caranya? Kamu harus nunggu botol/jerigen kamu sampe penuh dengan menunggu air mata dari stalaktit ama mit ya, menetes. Lama keles? Bawa jangan kesedikitan, juga jgn kebanyakan. Ntar dibahas lebi lanjut.
7. JANGAN SOMPRAL!!! Kamu pergi ke gunung itu sama dengan kamu dateng ke rumah orang lain.

Dah ah tips nya segitu aja. Postingan ini akan mengulas tentang Pembiayaan dan Estimasi Pendakian Gunung Ciremai Via Apuy dari Bandung dan juga  Pengalamannya begimana.

Trip aku ini bermula dari ketidaksengajaan. Ke Ciremai tuh perasaan kayak gak sengaja, ada yang ngajak tapi dadakan, udah kayak tahu bulat aja. Galau juga sih, yakin ga yakin mau berangkat apa kagak karena pada waktu itu kondisi lagi muncak juga ke Gunung deket rumah, namanya Artapela 2149 MDPL tapi view nya uh Subhanallah...

*Puncak Artapela 2194 mdpl, Gunung Malabar

Dari Artapela pun Gunung Ciremai keliatan...
Pada waktu itu aku memang galau banget buat trip tersebut. Sehingga pas lagi di Artapela sambil mandang 'pucuknya' Ciremai dan sambil bilang "Duh cantiknya, kesana ngga ya... Kesana ngga ya...?" sampe ditanya sama temen "Naha ai maneh kunaon ngomong sorangan?" yang artinya "Kenapa kok ngomong sendiri?" Dan akhirnya aku jadi curhat ama itu orang hehe.
Waktu itu deket sama taun baru 2016  ke 2017. Posisi di Artapela yaitu tanggal 26-27 Desember 2016 dan rencana pemberangkatan yaitu tanggal 30 Des sampe taun baru mendatang. Setelah dipikir-pikir, kayaknya asik juga sih. Akhirnya aku memutuskan untuk take adventure there.

30 Desember 2016 pagi kami berangkat dari Bandung, kami ke terminal Cicaheum Bandung. Kami naik Elf Bandung-Kuningan. It's my first experience naik elf. Berasa naik roller coaster aja ya ampun. Supir bawa kendaraan udah macem gimana lah hadeuh. Dengan membayar 40ribu perorang dan waktu tempuh 3 jam, kami turun di terminal Maja, Majalengka. Dirasa dengan harga dan waktu tempuh yang selama itu cukup bagi kami.
Lalu istirahat sejenak dan beli beberapa keperluan di minimarket terdekat sambil mencari angkutan mobil bak terbuka untuk selanjutnya menuju ke basecamp. Ada yang nawarin kan tuh. Tapi, permobil minimal diisi oleh 10 orang dengan biaya 20rb perorang. Untungnya waktu itu ada barengan, jadi murah deh hehe. Waktu itu kami sampe di terminal Maja sekitar jam 1 siang. Jam menunjukan pukul 13.20 lanjut kami naik mobil bak terbuka. Ngeeennggg.. Jalan menanjak menurun dihajar oleh supir, berkelok-kelok, jalan butut, jalan terjal dengan semangat mamang supir kendarain mobil ini.

Setelah ±45 menit perjalanan menuju basecamp menggunakan mobil bak terbuka, akhirnya kami sampai di basecamp yang ternyata asalnya pos ini adalah Pos 1: Berod.

*Pos pendaftaran pendakian Taman Nasional Gunung Ciremai

Biaya masuk lokasi wisata Taman Nasional Gunung Ciremai ini dikenakan sebesar Rp. 50.000. Tapi plus makan 1x, mau pas pulangnya atau pas mau berangkatnya juga dapet sertifikat pendakian.

*Bekas Pos 1, kini menjadi basecamp Ciremai via Apuy

Basecamp Berod ini berada di ketinggian 1432 MDPL. Dan hawa disini sejuk, dingin sih sebenernya. Disini aku sempet jebur-jebur mandi nyegerin badan, tujuannya biar nanti pas malamnya ga kerasa dingin-dingin banget. Dan I think itu bener-bener ngaruh lho. Cukup basahin badan aja, yang penting badan terbasahi.
Oh ya, pendakianku kali ini adalah pendakian dengan barang bawaan terbanyak. Mulai tenda sampai logistik pribadi, semua ada dalam ranselku. Bawa air untuk pribadipun sebanyak 2 botol air mineral 1,5 L dan 2 botol air mineral 600 ML. Logistik lainnya tak kalah namyak. ‘Kok banyak banget sih mbak?’ Alasan banyak karena rencananya aku bakal camp 2 malem. Ini adalah pendakian santai hehe. So, mohon maaf jika estimasi waktu perjalanan lebih lama dari pada biasanya. Karena memang aku orangnya bukan tipe runner, tapi alon-alon asal kelakon. Yang penting selamat hehe.

Setelah berlama-lama istirahat, prepare dan ngurusin simaksi, kami mulai melangkahkan kaki. Tapi eiiitss! Stop dulu. Sebelum melakukan pendakian, ransel yang akan kita bawa akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas. Dibongkar deh, ternyata kita tidak diperkenankan membawa kertas dan marker (spidol) karena dikhawatirkan pendaki akan membuang kertas sembarangan dan melakukan vandalisme. Yaaah, kertas laminatingan saya ikut diambil, juga spidolnya hmmm. Juga kami diperiksa seberapa banyak membawa bungkus yang mengandung plastik, trus didata dong… Gunanya agar berapa banyak sampah yang nanti kita bawa, pas turun ya segitu lagi jumlahnya. Dan wajib membawa trash bag, nanti disediakan oleh pengelola. Catatan penting bagi pendaki adalah jika kita tidak membawa turun sampah yang kita hasilkan, katanya bakal di blacklist. Begitu. Setelah selesai ‘check-in’, baru kami bisa mengayunkan kaki untuk mulai mendaki gunung gagah ini. Kami mulai trekking terhitung dari pukul 15.00 WIB.

POS 1: ARBAN

Sedikit demi sedikit jalan kami tapaki, hutan dan perkebunan warga dilewati. Dari awal pintu masuk pendakian, medan yang dilalui masih landai dan masih dengan hutan yang terbuka langit-langitnya, juga kami menemukan jalanan beton dan batu. Ketika sedang asik melangkahkan kaki, tiba-tiba terdengar “ngeenggg…ngeeeenggg”. Kok ada suara motor? Padahal aku udah jauh berjalan masuk hutan. Kok ada motor lewat? Wkwkwk, ternyata untuk menempuh ke Pos 1 ini bisa dilalui dengan motor. Mereka adalah porter. Lah kok kita yang jalan kaki ngerasa ‘gondok’ ya? xD Huh, lumayan capek juga. Akibat jarang olahraga dan badan yang kegedean hehe. 
45 menit lamanya kami berjalan, akhirnya sampai di Pos 1: Arban. Yeaaay! Masih jauh hahaha…

*Shelter Pos 1: Arban

Disini kami beristirahat dan membasahkan tenggorokan. Hanya 15 menit saja kami istirahat disini, karena mengingat kami memulai trekking pada sore hari. Takut terlalu kemaleman. Setelah pukul 16.00 WIB, kami kembali berjalan untuk melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya.

( BASE CAMP – POS 1: ARBAN = 45 MENIT )

POS 2

Perjalanan menuju pos 2 sudah mulai memasuki daerah hutan yang lebat. Berbeda dengan pos sebelumnya yang masih berbetuk hutan terbuka. Jadi, jalanan lumayan gelap karena tertutup rimbunnya dedaunan. Trek pun mulai menanjak. Waktu itu sih ada pohon tumbang, ngga tau kalo sekarang. Dan di perjalanan ini bener-bener keringetan, bajuku sampe basah karena keringat mengingat jalanan yang sudah mulai menanjak.

*Medan yang berat dan menanjak

                     *Aku dan carrierku yang segede gaban wkwk

Lama kami berjalan, dengan trek yang menanjak, berlumpur, dan musti loncat-loncat karena pohon tumbang. Akhirnya setelah 45 menit berjalan, kami sampai di Pos 2.



Patok/penanda di pos ini ketinggian tulisannya. Tapi ada yang tergeletak di tanah, sayang banget ya. Mungkin disini kami hanya istirahat 2 menit, hanya membasahkan tenggorokan dan numpang lewat saja. Waktu menunjukan pukul 17.47 WIB, perjalananpun kami lanjutkan menuju pos selanjutnya karena hari kian gelap.

( POS 1: ARBAN - POS  2:… = 45 MENIT )

POS 3: TEGAL MASAWA

Cahaya matahari hanya bisa mengintip dari celah-celah dedaunan. Hari kian menggelap, terdengar suara-suara binatang hutan dan burung-burung yang entah apa namanya. Sejujurnya rada parno sedikit sih hehe. Perjalanan pos 2 ke pos 3 adalah perjalanan yang panjang. Selain jalan yang semakin terjal, licin juga banyak kubangan air (mungkin tempat mandinya babi hutan), hutan yang dilalui selama perjalanan ini, hutannya kian merapat. Jika siang saja sudah terasa gelap, apalagi malam. Gelap gulita memang.. Suara adzan maghrib terdengar, maka kami berhenti sejenak ditengah rimbunnya hutan. Yang ada hanya rombongan kami disini. Ngeri juga sih hehe. Katanya jika mulai terdengar adzan maghrib berkumandang, kita harus berenti dan istirahat sejenak. Mitos yang dipercaya oleh orang-orang lokal seperti itu jika tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. Ya memang secara adab agamaku pun, ketika terdengar adzan yang manapun hendaknya kita meninggalkan dahulu apa yang sedang kita kerjakan, mendengarkan adzan dengan khidmat dan bergegas mengambil air suci untuk berwudhu dan kemudian shalat. Kebetulan ketika pendakian ini berlangsung, aku sedang kedatangan tamu hehe. Kami berhenti sekitar 10 menit lamanya sembari meminum air dan menyalakan head lamp, karena kondisi memang sudah gelap gulita. Setelahnya kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Terlihat beberapa tapak kaki binatang, sudah jelas itu tapak kaki babi hutan. Makin banyak saja kubangan-kubangan air tempat bermain si babi hutan. Semakin naik semakin terjal, semakin semak belukar menghalangi jalan, dihalau saja oleh kami.
Mendaki gunung lewati lembah… Jangan nyanyi wkwk. Berjalan 1,5 jam sangat melelahkan, untungnya Pos 3 sudah di depan mata.


Akhirnya kami sampai di Pos 3: Tegal Masawa. Namun kami memutuskan untuk bermalam di pos ini karena kami mulai merasa lelah dan hari pun sudah malam. Kami membangun tenda dan mengeluarkan cooking set untuk ngaliwet. Nasi Liwet adalah makanan favorit bagi pendaki sunda. Karena tanpa lauk pauk, nasinya memiliki rasa asin dan gurih. Akupun memasak makanan untuk malam ini. Nasi liwet, nugget goreng, mie kuah, mie goreng aku masak. Selesai memasak, kami langsung menyantap makanan-makanan ini sampai habis karena kami lapar setelah tidak makan siang dan hanya sarapan roti. Setelah kenyang, kamipun beristirahat. Padahal waktu itu, waktu menunjukan pukul 21.00. Ya mungkin karena kelelahan dan kondisi yang dingin.

Embun dan hujan kecil membasahi Pos 3 malam itu. Sebenernya ada sesuatu di pos ini, aku sendiri yang mengalami. Ini bener-bener awkward.
Kita semua tahu bahwa ketika kita berkunjung ke hutan gunung dan alam bebas, artinya kita hanya menjadi tamu, kita sedang ‘berkunjung’ ke rumah orang.
Ya pada jam 23.00 dan jam 02.00 dini hari, aku diganggu oleh sesuatu. Ini nyata, ada yang menjatuhi tendaku, yang pertama pukul 23.00. Itu bukan binatang, benda atau ranting. Karena apa yang menjatuhi tendaku tidaklah logis. Anggap jika itu barang, keesokan harinya jika kita cari benda tersebut pasti ada di sekitar tenda kita. Nyatanya? Tidak ada apapun!!!! Ditambah kondisi yang hujan tipis-tipis, artinya embun menempel di dinding dalam tenda. Ya aku waktu itu tidur sendirian di tenda. Posisi tidurku terlentang ke atas. Sekali lagi, jika itu sebuah benda harusnya embun yang menempel di langit-langit tendaku menyembur ke wajahku. Nyatanya? Tidak lagi!!!! Sedangkan yang ‘menjatuhi’ tendaku ini jika dibuat ukuran, mungkin sebesar bantal tidur. Bayangin segimana gedenya itu suara ketika jatohnya? Aku ampe jerit-jerit, untung temenku denger aku njerit, temenku sempet nemenin bentar dan nenangin aku. Honestly ketika aku nulis part ini, aku merinding hehe. Lalu aku tidur lagi. Dan malam itu terjadi 2x. Yang kedua kali terjadi ketika jam 02.00 dini hari. What a scaring night huhuuu 😭 Sampe 2x aku diganggu. Akhirnya setelah yang kedua kalinya diganggu, aku gabisa tidur sampe jam 5 😪 Setelah jam 5 baru bisa tidur, itupun cuma se-jam aja.
Aku penasaran dengan apa yang menjatuhi tendaku tadi malam, setelah bangun tidur aku cari sekeliling tenda, trus gaada apa-apa lah 😱 Ya memang konon katanya Pos 3 ini paling ‘ngeri’ katanya. Aku sendiri yang ngerasain hmm. Mungkin karena aku yang pake segala atribut warna merah? Ataukah aku yang sedang datang bulan? Who knows hehehe. Oh ya, aku ga lupa izin lewat sama ‘penghuni’ kok ketika ngelewat beberapa pos tersebut.
Hari sudah terang, kembali aku memasak untuk sarapan kami bertiga. Setelah selesai sarapan, kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali

( POS 2 - POS 3: TEGAL MASAWA = 1 JAM 30 MENIT )

POS 4: TEGAL JAMUJU


31 Desember 2016, tepat pukul 07.00 WIB kami memulai kembali berjalan dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan mata. Perjalanan menuju Pos 4 ini diiringi dengan nyanyian burung-burung yang indah. Terlihat banyak rombongan pendaki juga melintas. Ada yang turun, ada yang naik seperti kami. Rimbunnya hutan mulai berkurang, kini cahaya makin banyak menelusup menerangi hutan yang dilalui. Artinya ngga gelap-gelap amat seperti pos sebelumnya. Namun jalanan yang dilalui, tidak kalah menanjak seperti pos-pos sebelumnya. Setelah 1 jam lamanya kami berjalan, akhirnya kami melihat patok yang bertuliskan “POS IV TEGAL JAMUJU”. Banyak sekali orang-orang disana.



*Suasana di Pos 4: Tegal Jamuju

Terlihat beberapa tenda yang masih tegak berdiri, mereka adalah pendaki yang mau melanjutkan kembali perjalanan mendaki, juga ada yang hendak melanjutkan perjalanan pulang menuju base camp. Di pos ini, kami hanya sekedar berfoto dan minum saja. Tapi kok perut saya kerasa mules. Ternyata sisa metabolisme tubuhku  yang di dalam perutku mulai meronta ingin segera dikeluarkan. Hahaha, mana ngga ada toilet ditengah hutan begini? Lalu kami melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya.

( POS 3: TEGAL MASAWA – POS 4: TEGAL JAMUJU = 60 MENIT )

POS 5: SANGHYANG RANGKAH

Medan yang dilalui dari Pos 4 menuju Pos 5, bukan main (m)edannya. Jalanan yang terjal, berceruk dan licin harus dilalui. Bahkan di sebuah trek, kita harus berpegang pada akar-akar. Tali pun ada terpasang. Bukan hanya di titik ini saja, namun medan ekstrim ini ada di 3 titik selama perjalanan menuju pos 5. Webbing sangat dibutuhkan untuk bisa melalui medan ini.  Bahkan aku sempat beberapa kali terpeleset karena licin dan ekstrimnya medan.

                      *Ekstrimnya medan dengan jalanan yang sempit dan berakar

Namun, dari ketinggian ini kita mulai bisa melihat awan berada di bawah kita (baca: samudera awan) tetapi hanya dari celah-celah pepohonan saja walaupun belum sepenuhnya diselimuti awan.


*Samudera awan yang terlihat dari celah-celah pepohonan

Setelah mengabadikan foto diatas, kami kembali melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Medannya ya gitu aja terus, menanjak, terjal, licin, ekstrim deh pokoknya! Mulai dari sini kita akan menemukan pohon-pohon besar, dan bisa dibilang hutan-hutan yang rimbun itu mulai berkurang.
2 jam 15 menit kami berjalan dengan sekian puluh kali istirahat, kami pun sampai di Pos 5: Sanghyang Rangkah. Huhuhuhu lama banget 2 jam ya 😆 Kami melihat banyak sekali tenda disini. Karena memang pos ini adalah batas aman untuk bermalam. Namun kami pikir, terlalu jauh untuk summit. Lagian disini penuh banget udah kayak pasar, udah gada tempat yang bisa dilapakin!


Disini kami istirahat, menaruh ransel di tanah dan melihat ke arah puncak, ternyata masih jauh hahahaha. Istirahat disini lumayan lama, sekitar 15 menit. Juga aku merasakan perutku yang udah meronta, harusnya segera bomb away sih wkwk. Tapi masih ku tahan. FYI, ini ngga baik ya gais. Jika udah kerasa mules-mules, segera dibuang. Karena readers pasti gamau ngalamin apa yang aku alamin. Setelah duduk-duduk panjang dan selonjoran, kami melanjutkan kembali tantangan selanjutnya. Menuju Pos 6.

( POS 4: TEGAL JAMUJU – POS  5: SANGHYANG RANGKAH = 2 JAM 15 MENIT )

POS 6: GOA WALET

Langkah kaki kami makin jauh, makin berada di ketinggian entah samapi berapa mdpl. Perjalanan pos 5 ke pos 6 mulai gundul-gundul pacul-cul suasananya. Maksudnya, kita mulai menemui batu-batu, dan hanya sedikit saja pohon-pohon yang tersisa. Rimbunnya hutan sudah lagi tidak ditemuka, melainkan teriknya matahari bisa langsung membakar kulit kita. Hanya semak-semak yang bisa ditemukan disini. Namun tak disangka, ternyata awan memang sudah bener-bener ada di bawah kaki kita! Ini samudera awan!

*Samudera Awan yang sudah jelas terlihat menuju Pos 6

Mulai dari sinilah kita bisa menemukan si bunga abadi, bunga edelweiss. Tapi inget, buga edelweiss bukan untuk dipetik ya! Karena bunga edelwiss masuk menjadi kategori tumbuhan yang langka dan dilindungi undang-undang. Sejatinya, pendaki ngga akan merusak atau mencuri sesuatu kan?

*Bunga Edelweiss yang mekar dan mulai mengering

Ini baru Gunung Ciremai! Treknya ngga neko-neko gaes (kucing-kucing?) !!! Trek inilah yang paling ekstrim dari semua trek. Bentuk medannya yaitu menanjak, berbatu seperti tebing, kiri kanan adalah jurang!

                      *Medan yang sangat ekstrim dan berbatu menuju Pos 6


Pada titik ini kita akan menjumpai pendaki dari jalur lain, disini adalah  titik pertemuan 2 jalur yaitu jalur Palutungan dan jalur Apuy.
Oh ya, di persimpangan ini kita bisa menemukan sebuah nissan yang dipasang untuk memperingati bahwa pernah ada seseorang meninggal disitu 😯 Ga aku foto karena lupa. 
Dan ini adalah persimpangan yang aku lewatin.

*Simpang Apuy - Palutungan

Lamanya menempuh dari Pos 5 ke Simpangan ini yaitu 2 jam, dengan sekian kali break akibat ngerasain mules. Nah di persimpangan ini, aku bener-bener udah ngga kuat buat jalan. Ini akibat aku nahan feses kelamaan. Seriously ini jangan diabaikeun! Akhirnya aku mencari tempat yang rada tersembunyi. Aku membuat lubang and BOMB AWAY! Itu adalah feses-fesesku selama 2 hari. I feel better there. Setelah membuang hajat, aku melanjutkan perjalanan. Namun ternyata efek yang diakibatkan oleh menahan BAB, itu membuatku lemes banget. Dehidrasi deh… Akhirnya aku makan roti ataupun makanan yang mudah di jangkau. Tapi tetep aja lemes. Lama sekali kami istirahat disini, mungkin sekitar 45 menit. Selanjutnya dengan terpaksa kaki harus melangkah, kembali melanjutkan perjalanan ini.
Jalanan makin ekstrim, makin menanjak, makin licin (padahal ngga hujan). Akhirnya setelah berjuang berjalan pelan-pelan, melangkah pasti dengan kondisi lemas, kami sampai di Pos 6: Goa Walet.

*Patok yang berdampingan dengan Pohon Cantigi

Sayangnya, semua shelter disini sangat penuh. Berhubung waktu itu adalah menjelang malam tahun baru, akibatnya tidak ada juga lahan kosong buat ngelapak. Oh ya, anyway kalo sekarang-sekarang goa walet tidak boleh dijadikan lokasi berkemah karena goa walet menjadi area konservasi air.
Akhirnya kami berjalan lebih ke atas, finally dapet lapak! Walaupun posisinya sedikit miring dan terdapat batu-batu yang mengganjal punggung jika dijadikan tempat untuk tidur wkwkwk, ya karena kita ngecampnya di lereng yang sebenernya itu tempat bukan buat camp. Kayaknya ini tempat udah deket banget ama puncak. Goa Walet ini setahuku menjadi batas wilayah vegetasi. Disini mulai ‘berjamah liar’ pohon edelweiss dan pohon cantigi.

Waktu menunjukan pukul 16.00 WIB, lalu kami pun mendirikan tenda. Namun susah sekali berdiri tegak karena frame tendaku patah  Akhirnya setelah 1 jam berusaha membetulkan frame, tenda pun bisa berdiri tegak. Lama banget ya xD
Hari mulai gelap. Selanjutnya aku masak untuk makan malam sekaligus makan siang yang kelewatan hehehe.  Namun hujan deras mengagetkanku, akhirnya aku masak di dalam tenda deh. Waktu itu, jam sudah menunjukan pukul 17.30. Ketika sedang memasak, datang 2 orang lelaki yang sedang mencari lapak. Ternyata mereka ngga kebagian. Parahnya, mereka ngga bawa tenda, mereka cuma pake rain coat! Buset!!! Dan ternyata juga mereka udah bermalam di Pos 3 via Palutungan, tidur Cuma pake rain coat? Wut du fuk… Nekat banget. Nah ini bener-bener ngga boleh ditiru. Nekat itu bukan jalan yang keren. Safety first gaes! Dan mereka juga malem itu nekat mau turun dengan kondisi hujan dan gelap. Bujugg. Akhirnya dari pada mereka kenapa-napa, aku nawarin tendaku. Biar aku tidur di tenda temen. Akhirnya mereka manut. Setelah makan dan ngopi bareng, kami semua tidur.
Namun tengah malem jam 00.00, diluar berisik banget. Oh ya, ini kan malam tahun baru. Lalu aku keluar tenda dan ngeliat kembang api yang meledak-ledak di tengah langit malam diantara kota dibawah sana. Setelah kegaduhan berkurang, akhirnya aku masuk lagi ke tenda dan tidur lagi.

( POS 5: SANGHYANG RANGKAH – POS 6: GOA WALET = HARUSNYA 3 JAM KURANG )

PUNCAK

1 Januari 2017. Lembaran kehidupan tahun ini baru dibuka, tinta yang masih penuh akan mulai dicoretkan, perjalanan baru dimulai. Pagi itu kami Summit Attack. Kami mulai nanjak pukul 05.10 WIB. Itu kesiangan sebenernya wkwk. Tapi seriously, Gunung Ciremai dingin banget maka dari itu rada siangan kami summit.
Akhirmya sunrise dijalan deh hehe. Tapi bener-bener kuasa Tuhan itu Maha Luar Biasa! Pemandangan dari pelataran surga ini bener-bener membuat takjub dan lebih bisa merasakan Nikmat-Nya.

*Sunrise dari Puncak Gunung Ciremai

Alhamdulillah setelah perjalanan berbelas-belas jam, finally aku sampe ke Puncak Gunung Ciremai, atap Jawa Barat yang berketinggian 3078 Meter Diatas Laut. Bener-bener bersyukur, aku masih diberi kemampuan sama Tuhan untuk bisa menginjakan kaki disini. Btw nemu kertas begini di ransel wkekek.


*Kawah Gunung Ciremai

*Patok / penanda puncak Gunung Ciremai: Puncak Majakuning

*Pemandangan deretan gunung-gunung Jawa Barat

Sangat diperlukan jaket tebal ketika berada di puncak ini jika tidak ingin Hypothermia. Karena suhu disini sangat dingin dan anginnya besar. Setelah berlama-lama dipuncak, sekitar pukul 08.00 aku turun menuju camp.
Sampai di camp, aku memasak guna menambah energi dan tenaga untuk turun gunung kemudian.

( POS 6: GOA WALET – PUNCAK = 30 – 45 MENIT )

Pukul 12.15 WIB kami mulai melakukan perjalanan pulang. Ketika sampai pos 2, hujan pun turun. Kami mengenakan jas hujan kami. Setelah lama berjalan, hujan semakin deras mulai dari Pos 1 hingga menuju basecamp. Tepat waktu maghrib dan langit yang sudah gelap, akhirnya kami sampai di base camp. Badanku basah kuyup, akhirnya aku mengganti baju. Selanjutnya kami istirahat dan ngopi untuk menghangatkan badan. Masih ingat dengan 50 ribu mendapatkan 1x makan dan sertifikat? Ya kami mendapatkan itu. Kami menukarkan voucher makan dengan sepiring nasi, telur dadar dan 2 buah tempe tepung. Lapar sekali. Yah begitulah ceritaku di Ciremai. Kepanjangan ya? Ya mohon maaf hehe. See you on the next trip!